Harga kopi di pasar komoditas internasional melonjak tajam hingga menyentuh rekor tertinggi pada akhir 2024. Lonjakan ini dipicu kombinasi faktor cuaca ekstrem di negara produsen utama serta kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang memperparah biaya impor.
Menurut data pasar, harga kopi arabika yang menyumbang sebagian besar produksi global meningkat lebih dari 80% sepanjang tahun 2024. Sementara itu, harga robusta juga mencetak rekor baru pada September, didorong oleh tingginya permintaan dan menurunnya pasokan.
Kondisi cuaca yang buruk di Brasil dan Vietnam, dua produsen kopi terbesar dunia, menyebabkan proyeksi panen menyusut signifikan. Para pedagang kopi memperkirakan dampak iklim ini akan terus terasa dalam siklus produksi berikutnya, sehingga tekanan harga kemungkinan masih berlanjut.
Paul Rooke, Executive Director British Coffee Association, menegaskan bahwa cuaca hanyalah salah satu faktor pendorong. Kenaikan biaya energi, tenaga kerja, dan operasional juga ikut mendorong harga kopi di tingkat ritel. “Dampak kenaikan harga tidak hanya dirasakan di sektor perdagangan biji kopi, tetapi juga oleh para pemilik kafe dan konsumen akhir,” ujarnya.
Di sisi lain, kebijakan perdagangan AS di bawah pemerintahan Trump turut memperparah gejolak harga. Tarif 50% untuk kopi asal Brasil dan 20% untuk kopi asal Vietnam membuat biaya impor meningkat tajam. Akibatnya, banyak kedai kopi di Amerika Serikat terpaksa menaikkan harga jual ke konsumen.
Kombinasi faktor cuaca, biaya produksi, serta kebijakan perdagangan ini menjadikan pasar kopi global menghadapi tantangan besar. Para pelaku usaha di industri kopi, baik eksportir maupun importir perlu menyesuaikan strategi untuk menjaga stabilitas pasokan dan mempertahankan daya saing di tengah dinamika pasar yang semakin kompleks.
Sumber: https://www.bbc.com/news/articles/c70ey762k32o